Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Mungkin hari-hari yang kau lalui penuh dengan ujian dan rintangan. Mungkin kau terpaksa mengorbankan waktu istirehatmu untuk merencanakan kerja2 dakwah. Atau kau terpaksa mengorbankan waktu kuliahmu kerana tidak ada yang bersedia mengalah untuk mengorbankan waktu kuliahnya ketika koordinasi dakwah harus dilakukan segera. Dengan penuh keikhlasan, kau pun bersedia mengikuti jadual rakan-rakanmu yang lain meski harus mengorbankan kepentingan dirimu. Betapa kau percaya bahwa Allah akan sentiasa memberikan pertolongan kepada mereka yang menolong DeenNya.
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Apakah pertanyaan-pertanyaan penuh nada curiga dari keluargamu masih kerap menemani setiap langkahmu? Betapa pun dalam setiap sujud panjangmu kau tak pernah lalai memohon hidayah untuk keluargamu, terkadang dengan
deraian air mata. Tapi kau selalu tersenyum, ceria, dan penuh semangat di kalangan saudarimu yang lain. Seolah tak pernah ada duka menghampiri kehidupanmu. Kau terlihat begitu tegar, bahkan kau kerap menghadiahkan taushiyah yang mampu menguatkan saudarimu yang lain.
Bersama kesulitan selalu ada kemudahan, janji Allah itu membuat engkau begitu kuat dan tegar.
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Kulihat kau begitu bersahaja, sederhana, dan anggun dengan tudung dan pakaian sederhana yang tak banyak kau miliki. Kau tak pernah iri melihat saudarimu mengenakan pakaian beraneka fesyen, bahkan selalu berganti setiap
hari. Selalu rasa syukur yang tergambar dari teduh wajahmu, kau tidak ingin menggunakan pakaian hanya untuk kelihatan moden. Sutera hijau nan indah menjadi impianmu kelak di syurgaNya.
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Hari-harimu dilewati penuh dengan perencanaan. Tilawah Al-Qur'an nan syahdu selalu kau sempatkan sekalipun di kampus. Dzikirullah tak pernah terlepas dalam setiap harimu. Sering terdengar alunan ayat-ayat Al-Qur'an dari
bibirmu ketika kau menghafaz surat cinta dari Illahi. Ketika banyak saudarimu lebih semangat menyenandungkan bait-bait nasyid yang begitu banyak mereka hafal, kau tak pernah tergoda. Subhanallah, kudengar sudah beberapa surah tersimpan di memorimu.
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Sudahkah engkau menyempatkan diri membaca lara yang menimpa saudaramu di belahan bumi lain? Di Afghanistan, Palestina, Kashmir, Maluku, dan lain-lainnya. Sudahkah kau membaca akhbar dan majalah hari ini? Ataukah
kau masih suka membaca buku cerita dan novel cinta yang menjadi santapanmu ketika jahiliyah dulu? Pernahkah kau baca Tafsir Al-Qur'an di rumah ketika tilawah, menekuni buku Fiqh Dakwah, Petunjuk Sepanjang Jalan, dan buku-buku Islam lainnya. Ataukah kau masih menunggu arahan murabbi untuk membukanya?
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Begitu banyak kewajiban dakwah yang belum tersentuh tanganmu, saudariku. Bagaimana khabar dakwah di kampusmu, di keluargamu, di lingkungan rumahmu, di tempat kerjamu? Sudahkah kau memberikan sumbangan bererti untuk membangun peradaban madani ataukah kau lebih suka menjadi penonton? Pasif, diam, tidak percaya diri, takut menghadapi dunia luar, dan sibuk dengan diri sendiri? Saatnya bangkit dan berjuang saudariku. Mari bersama berjuang membangun generasi pewaris. Jangan tunggu lagi!
Artikel dipetik dari kotasantri.com (versi indonesia).
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Apakah pertanyaan-pertanyaan penuh nada curiga dari keluargamu masih kerap menemani setiap langkahmu? Betapa pun dalam setiap sujud panjangmu kau tak pernah lalai memohon hidayah untuk keluargamu, terkadang dengan
deraian air mata. Tapi kau selalu tersenyum, ceria, dan penuh semangat di kalangan saudarimu yang lain. Seolah tak pernah ada duka menghampiri kehidupanmu. Kau terlihat begitu tegar, bahkan kau kerap menghadiahkan taushiyah yang mampu menguatkan saudarimu yang lain.
Bersama kesulitan selalu ada kemudahan, janji Allah itu membuat engkau begitu kuat dan tegar.
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Kulihat kau begitu bersahaja, sederhana, dan anggun dengan tudung dan pakaian sederhana yang tak banyak kau miliki. Kau tak pernah iri melihat saudarimu mengenakan pakaian beraneka fesyen, bahkan selalu berganti setiap
hari. Selalu rasa syukur yang tergambar dari teduh wajahmu, kau tidak ingin menggunakan pakaian hanya untuk kelihatan moden. Sutera hijau nan indah menjadi impianmu kelak di syurgaNya.
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Hari-harimu dilewati penuh dengan perencanaan. Tilawah Al-Qur'an nan syahdu selalu kau sempatkan sekalipun di kampus. Dzikirullah tak pernah terlepas dalam setiap harimu. Sering terdengar alunan ayat-ayat Al-Qur'an dari
bibirmu ketika kau menghafaz surat cinta dari Illahi. Ketika banyak saudarimu lebih semangat menyenandungkan bait-bait nasyid yang begitu banyak mereka hafal, kau tak pernah tergoda. Subhanallah, kudengar sudah beberapa surah tersimpan di memorimu.
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Sudahkah engkau menyempatkan diri membaca lara yang menimpa saudaramu di belahan bumi lain? Di Afghanistan, Palestina, Kashmir, Maluku, dan lain-lainnya. Sudahkah kau membaca akhbar dan majalah hari ini? Ataukah
kau masih suka membaca buku cerita dan novel cinta yang menjadi santapanmu ketika jahiliyah dulu? Pernahkah kau baca Tafsir Al-Qur'an di rumah ketika tilawah, menekuni buku Fiqh Dakwah, Petunjuk Sepanjang Jalan, dan buku-buku Islam lainnya. Ataukah kau masih menunggu arahan murabbi untuk membukanya?
Apa khabar hari-hari dakwahmu, saudariku? Begitu banyak kewajiban dakwah yang belum tersentuh tanganmu, saudariku. Bagaimana khabar dakwah di kampusmu, di keluargamu, di lingkungan rumahmu, di tempat kerjamu? Sudahkah kau memberikan sumbangan bererti untuk membangun peradaban madani ataukah kau lebih suka menjadi penonton? Pasif, diam, tidak percaya diri, takut menghadapi dunia luar, dan sibuk dengan diri sendiri? Saatnya bangkit dan berjuang saudariku. Mari bersama berjuang membangun generasi pewaris. Jangan tunggu lagi!
Artikel dipetik dari kotasantri.com (versi indonesia).
No comments:
Post a Comment